10 Februari 2011

jangan pandang kami sebelah mata (Bobotoh karawang)

pesan ini gue dapat waktu ngebuka forum perkumpulan para Bobotoh:
Aku sejenak merengut melihat Wildansyah terkapar di samping kiri kotak 16 Persib. Berbagai pertanyaan pun muncul seketika. Apa yang terjadi di belakang kamera sana? Mengapa asisten wasit diam saja sebelum ada protes dari para pemain Persib, sebelum ditanya oleh wasit pemimpin pertandingan?

Lantas kuhubungi beberapa temanku yang langsung menyaksikan pertandingan ISL Persib vs Arema di stadion Siliwangi hari Minggu, 23 Januari 2011 kemarin. Ow, rupanya M.Ridhuan sengaja menyikut dengan keras Wildansyah, yang memang sedang dalam posisi bebas tanpa bola. Jelas, bola saat itu sedang berada di daerah pertahanan Arema.

Kartu merah pun dikeluarkan wasit pada akhirnya. M.Ridhuan tanpa banyak protes menerima sanksi yang diberikan padanya. Beda kondisi dengan Gonzales saat dikartu merah pada pertandingan Persib melawan Persisam di Samarinda tanggal 20 Januari lalu. Kedua pemain ini tahu apa yang dilakukannya, dan saksi mata satu stadion pasti mengamini hal itu.

Setelah kartu merah keluar, pemain siap melanjutkan pertandingan. Tapi dari tribun penonton kembang api dan petasan sahut-sahutan berbunyi dan asapnya sampai ke lapangan. Nyanyian “Pindah, pindah, pindah LPI…Pindah LPI sekarang juga” bergemuruh memenuhi langit Siliwangi. Sejak terkaparnya Wildansyah sampai beberapa saat setelahnya. Pertandingan pun ditunda. Puluhan ribu Bobotoh tak bisa menahan emosinya. Beberapa masuk ke dalam lapangan dan sebagian lagi membakar bendera yang bertuliskan “Arema macan Asia”. Ratusan aparat yang sudah berjaga sedari tadi akhirnya harus bekerja juga mengamankan Bobotoh yang mulai ribut.

Lain halnya dengan kondisi di dunia lain; dunia maya. Di forum Persib Bandung, Persib Online, Berita Persib Online, Persib Bandung Online, Simamaung, dan Persib-Bandung; banyak sekali Bobotoh layar kaca yang menghujat dan menghakimi Bobotoh di stadion sebagai provokator, menyebut mereka Bobotoh anarkis yang tidak berpendidikan dan tidak mencintai Persib.

Sakit rasanya aku melihat statement-statement semacam itu. Lalu siapa mereka? Tau apa mereka tentang kondisi stadion? Tau apa mereka tentang rasanya menjadi saksi mata ketidakadilan, sementara semuanya serba terbelenggu dan tidak bisa melakukan apa-apa selain berteriak? Pablo Frances saja rela dikeroyok dan dikejar aparat demi melindungi Bobotoh dari pukulan. Lalu ini, ke sesama Bobotoh saja sibuk mencaci maki. Mana, katanya Bobotoh satu saudara? Mana, katanya dukung Persib pake hati?

Aku, pernah merasakan emosi yang sama dengan apa yang dirasakan Bobotoh malam tadi. Aku mengerti apa yang berkecamuk di dalam dada mereka. Semua Bobotoh yang hadir pasti merasakan hal yang sama. Aku, pernah menjadi saksi wasit Aspiran itu menebar kelicikan di pertandingan Persib vs Pelita Jaya di stadion Singaperbangsa Karawang musim lalu. Dan saat itu pun berakhir kisruh. Siapa biang keroknya? PSSI, BLI, dan wasit yang harus bertanggungjawab. Mereka biang dari semua kerusuhan ini. Walau sampai kapanpun tak ada pembenaran untuk anarkis & kerusuhan, tapi Bobotoh tidak bisa disalahkan! Semuanya berhulu pada kekecewaan mendalam dan ketidakberdayaan.

Bobotoh sudah cukup dewasa menerima kekalahan demi kekalahan Persib yang terjadi secara fair. Masih ingat waktu melawan PSM di awal kompetisi musim ini bergulir? Di Siliwangi, Persib dikalahkan dengan skor 2-1. Apa yang terjadi? Bobotoh pun melenggang keluar stadion dengan aman tanpa rusuh. Pemain dan pelatih yang saat itu jadi sasaran kritik Bobotoh.

Seluruh Indonesia pun bisa melihat kebobrokan wasit Suharto pada laga tandang Persib melawan Persisam lalu; dari mulai insiden offside yang terjadi berulang tanpa replay dan hanya disorot dari arah belakang, peluit panjang yang ditiup sebelum waktu habis, sampai misteriusnya kartu merah Gonzales. Dan puncaknya terjadi tadi malam; Siapa yang bisa terima saat pemain Arema handsball di kotak 16 dan tidak diberikan hukuman? Siapa yang terima banyak sekali sikutan pemain Arema kepada pemain Persib yang diabaikan? Siapa yang terima ketika jelas-jelas salahsatu pemain Arema melakukan diving di depan kotak pinalti dan tak dianggap sebagai pelanggaran? Siapa yang terima salahsatu pemain Persib akhirnya harus terkapar setelah disikut dan jika tanpa protes pemain Persib, hal itu tetap didiamkan? Siapa yang bisa terima pertandingan dilanjutkan dan berakhir tanpa perpanjangan waktu? Selain Bobotoh, semua runtutan kejadian inipun harusnya mengetuk pintu keadilan semua pihak. Maka seluruh emosi meluap bersamaan tanpa kecuali. Teriakan Persib untuk pindah ke LPI adalah nurani Bobotoh yang tidak rela melihat Persib diperlakukan layaknya pesakitan di ISL. Dalam pertandingan kandangpun, Persib masih dizalimi. Bagaimana dengan tandang? Aku hanya bisa terpaku saat menyadari bahwa bendera kemunafikan berkibar di atas kuburan keadilan.

Di luar faktor teknis kondisi pemain yang kelelahan dengan jadwal yang padat dan adanya anggapan ‘kurang cinta’ dan kurang ngototnya pemain Persib, harusnya ini menjadi PR besar untuk manajemen Persib dalam menentukan sikap ke depan. Manajemen Persib yang sebelumnya lembek mananggapi ‘insiden’ Samarinda, nampaknya harus segera menentukan sikap dengan berani dan tegas. Persib tim besar, dan sudah saatnya menunjukan itu. Dimanapun Persib berada, Bobotoh tak akan meninggalkan Persib. Dengan berbagai kejadian macam ini, rasa cinta Bobotoh terhadap Persib pun makin berlipat. Bobotoh tak ingin melihat Persib dilukai dan disakiti. Bobotoh tak ingin melihat Persib dihancurkan oleh pihak yang hanya mengiginkan kemenangan kuantitas. Bobotoh ada untuk Persib bagaimanapun bentuk dan caranya. Bobotoh mencintai Persib. Bagi Bobotoh, Persib adalah warisan budaya. Dan airmataku pun menetes lagi-lagi untuk Persib tadi malam. PERSIB DUNYA AKHERAT !!!


-Rika-

Bobotoh Perempuan Karawang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jeprat Jepret

Jeprat Jepret